Anda pernah mendengar istilah autis? Autis atau autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas dan kadang-kadang telah dapat dideteksi sejak bayi berusia 6 bulan.
Istilah autisme sendiri berasal dari kata “autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang berarti faham. Ini berarti bahwa autisme memiliki makna keadaan yang menyebabkan seseorang hanya memiliki perhatian terhadap dunianya sendiri. Autisme adalah kategori ketidakmampuan yang ditandai dengan adanya gangguan dalam komunikasi, interaksi sosial, gangguan inderawi, pola bermain, dan perilaku emosi.
Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian dari Kelainan Spektrum Autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD) dan juga merupakan salah satu dari lima jenis gangguan di bawah payung Pervasive Development Disorder (PDD). Autisme bukan penyakit kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak normal.
Gejala-gejala autisme dapat muncul pada anak mulai dari usia tiga puluh bulan sejak kelahiran hingga usia maksimal tiga tahun. Seseorang dikatakan menderita autisme apabila mengalami satu atau lebih dari karakteristik berikut: kesulitan dalam berinteraksi sosial secara kualitatif, kesulitan dalam berkomunikasi secara kualitatif, menunjukkan perilaku yang repetitif, dan mengalami perkembangan yang terlambat atau tidak normal.
Secara historis, para ahli dan peneliti dalam bidang autisme mengalami kesulitan dalam menentukan apakah seseorang menyandang autisme atau tidak. Awalnya, diagnosis disandarkan pada ada atau tidaknya gejala. Namun, saat ini, para ahli setuju bahwa autisme lebih merupakan sebuah kontinuum. Gejala-gejala autisme dapat dilihat apabila seorang anak memiliki kelemahan di tiga domain tertentu, yaitu sosial, komunikasi, dan tingkah laku yang berulang.
Anak dengan autisme dapat tampak normal pada tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangsangan dari kelima panca indera.
Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan, dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan.
Terlepas dari berbagai karakteristik tersebut, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspada dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut.
- Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan.
- Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, menggenggam) hingga usia 12 bulan.
- Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan.
- Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan.
- Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu.
Meski demikian, ada beberapa jenis terapi autis yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Di antaranya terapi ABA (Applied Behavioral Analysis), terapi okupasi, terapi visual, dan terapi wicara.