Akhir-akhir ini, entah mengapa seni menumbuhkan jenggot mulai didengungkan kembali. Dunia seakan kembali memasuki era ‘Jenggotisme’ dimana para pria dengan bangganya menumbuhkan jenggot dan menghiasnya dengan berbagai bentuk.
Tapi tahukah Anda? Jenggot ternyata membawa manfaat selain hanya sekedar seni, yakni di segi kesehatan. Bukan cuma melindungi kulit wajah dari sengatan matahari ataupun udara musim dingin yang menusuk, Jenggot diklaim mampu menangkal berbagai penyakit.
Dalam sebuah acara televisi berjudul ‘Trust Me, I’m a Doctor’ yang disiarkan di Channel BBC Two, dipublikasikan bahwa kehadiran Jenggot membuat pemiliknya lebih tahan terhadap gangguan virus atau bakteri. Mereka yang berhasil membuktikannya adalah Dr. Chris van Tulleken, Dr. Saleyha Ashan, dan Dr . Michael Mosley. Mereka bertiga sukses mematahkan stereotip kuno yang menganggap Jenggot sebagai ladang berkembangbiaknya bakteri.
Awalnya, tim dokter ini berniat mengkaji kembali tentang penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Infection di tahun sebelumnya. Penelitian tersebut awalnya hendak membandingkan potensi penularan infeksi antara pekerja Rumah Sakit yang berjenggot dan yang tak berjenggot. Hasilnya cukup mengejutkan, karyawan Rumah Sakit yang berjenggot ternyata memiliki potensi menularkan MRSA (sejenis infeksi yang biasa terjadi di Rumah sakit) 3 kali lebih kecil dibandingkan karyawan yang tidak berjenggot.
Hasil penelitian ini tentu saja membuat tim dokter menjadi semakin penasaran pada fungsi Jenggot sebenarnya. Banyak pihak berspekulasi bahwa luka yang terbentuk akibat aktifitas bercukur lah yang menjadi perantara infeksi. Namun, tim dokter di acara ini punya teori yang berbeda.
Dr. Chris van Tulleken yang mengambil alih kasus ini menyeka jenggot dari 20 orang secara acak. Sampel tersebut kemudian dikirim ke Dr. Adam Roberts, seorang ahli mikrobiologi berbasis di University College London, untuk diteliti. Hasilnya, didapati 100 jenis bakteri tumbuh dalam sampel tersebut.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Dr. Adam Robert, dikatakan bahwa jenggot menjadi tempat kondusif untuk tumbuhnya berbagai macam bakteri. Bakteri tersebut akan berjuang untuk tetap hidup, mengalahkan satu sama lain, dengan cara menghasilkan sejenis antibiotik. Teori ini sama persis dengan proses pembentukan Penisilin yang diciptakan oleh Jamur.
Salah satu bakteri menguntungkan yang tumbuh di jenggot adalah Staphylococcus epidermidis, bakteri ini terbukti resisten dan mampu menekan keberadaan bakteri E.coli di area yang sama.
Hasil penelitian Robert yang diterbitkan oleh lama BBC ini menarik perhatian sejumlah masyarakat, sehingga mereka mengirim sampel dari jenggot mereka sendiri. Percaya atau tidak, tim dokter ini kembali menemukan manfaat tersembunyi dari sampel jenggot yang dikirim. Ditemukan ekstrak molekul anti-adhesi yang jika ditambahkan pada obat kumur atau pasta gigi akan berperan aktif mengikat enamel gigi dan menghentikan aktifitas bakteri penghasil asam.