Solar power atau tenaga surya saat ini sudah banyak dipakai di negara-negara maju sebagai pembangkit listrik dan juga keperluan yang lain. Namun Anda dan sebagian besar orang di luar sana pasti bertanya-tanya, apa yang terjadi jika sedang tidak ada matahari?
Tentu saja orang-orang tak ingin memasang panel surya jika tiba-tiba TV mereka akan mati saat cuaca sedang mendung. Saat pertama kali perangkat solar diperkenalkan tahun 1800an, cara kerja alat tersebut sangat tidak efisien. Namun sejak tahun 1975, panel surya telah mengalami banyak pengembangan agar lebih baik dan efisien dalam mengkonversi sinar matahari menjadi energi yang disalurkan ke rumah-rumah.
Lalu bagaimana caranya agar energi matahari bisa tetap memberikan daya ketika malam hari? Jawabannya adalah penyimpanan. Panel surya dirancang untuk menyerap lebih banyak energi dari matahari daripada yang benar-benar kita butuhkan dan kemudian menyimpannya untuk nanti.
Sistem kerja panel surya memang sangat menakjubkan. Foton alias partikel cahaya memukul panel surya dengan cukup keras sehingga elektron pun melonggarkan diri. Kemudian sistem itu menuntun panel surya menyalurkan elektron ke dalam baterai atau superkonduktor yang dapat menyimpan mereka. Dengan adanya panel surya akan membuat tagihan listrik di rumah menjadi lebih kecil.
Panel surya masih mengumpulkan energi matahari pada saat cuaca sedang berawan. Namun pengumpulan energinya tidak seefisien saat cuaca sedang cerah. Hal ini karena awan tidak memblokir semua sinar matahari, namun hanya sebagian.
Itulah yang menyebabkan penyimpanan dan grid sangat dibutuhkan. Perusahaan-perusahaan energi banyak yang bergantung pada alat tersebut untuk mengimbangi permasalahan produksi saat cuaca sedang berawan.