Mark Zuckerberg, co-founder Facebook beberapa saat lalu bercerita di hadapan audiens dalam pidato kelulusan di Harvard tahun 2017. Ia mengatakan bahwa mahasiswa di sana berhasil menyelesaikan apa yang ia tidak bisa selesaikan.
Pendiri dan CEO Facebook tersebut dulunya bermaksud untuk meraih gelar sarjana. Mayoritas pemilik usaha kecil di Amerika Serikat ternyata tidak memiliki gelar sarjana, seperti survei yang didapatkan CNBC/ Survey Monkey Small Business Survey. Hal ini merupakan fakta yang jarang dibicarakan.
Kini, pemilik bisnis independen tanpa gelar, jumlahnya melebihi mereka yang memiliki gelar sarjana atau gelar yang lebih tinggi, hal ini berdasarkan hasil dari Survey Monkey. Seperempat pemilik bisnis independen hanya sampai pada ijazah SMA.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil responden berikut.
Pertanyaan: Apakah gelar terakhir yang Anda dapatkan dari sekolah?
Jawaban responden:
Tidak dapat menyelesaikan sekolah: 5%
SMA: 20%
Sekolah sejenis: 14%
Beberapa perguruan tinggi: 17%
Lulusan perguruan tinggi: 26%
Pascasarjana: 18%
Pebisnis yang tidak dapat menyelesaikan sekolahnya telah mencapai jumlah yang lebih besar daripada mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, baik dari segi pria atau wanita maupun di setiap kelompok usia yang termasuk dalam CNBC/Survey Monkey, kecuali untuk kategori umur 65 tahun atau lebih.
Pemilik bisnis yang melewatkan pendidikan sama-sama memiliki beberapa benang merah, yaitu kemandirian, ide bagus dan kemauan untuk mengambil risiko. Seperti yang dikatakan oleh Chuck Runyon, seorang pendiri tempat olahraga 24 jam, Anytime Fitness, ia mengatakan bahwa ia meninggalkan kuliah, kemudian melihat adanya peluang pasar untuk sebuah tempat olahraga yang buka setiap saat dan hanya berfokus kepada peralatan yang sering digunakan anggota.
Pemilik bisnis umumnya mengatakan bahwa mereka mungkin tidak menyukai pendidikan tinggi. Tetapi, sebenarnya meskipun kurang dari separuh pemilik bisnis telah menerima gelar sarjana, 44 persennya telah menempatkan mereka di depan populasi umum, di mana 1 dari setiap 3 orang dewasa memiliki gelar sarjana atau lebih.
Seorang pemilik usaha Motorcycle Works, Tanya Jun, mengatakan bahwa sebenarnya ia menyukai sekolah. Tetapi, ia memilih untuk keluar dari Universitas California, Irvine, karena saat itu ia melihat uang sebagai sesuatu yang terlalu bagus untuk dilewatkan.
Ia merupakan seorang ibu tunggal, dan keuangan menjadi sesuatu yang tidak bisa ia abaikan. Jun merupakan seorang pemilik toko online yang menjual suku cadang dan aksesoris sepeda motor.
Menurut survei lebih lanjut dari CNBC/ Survey Monkey, bahwa memenangkan peperangan di tempat kerja kini membutuhkan ketakuran untuk mencoba sesuatu, yang tidak lama bertahan, di mana tempat kerja tersebut hanya membutuhkan kepercayaan diri dari seorang pebisnis.
Meninggalkan sekolah dapat membuat hal yang menjadi sulit apabila dikaitkan dengan lingkungan kerja. Seperti itulah yang dikatakan oleh Scott Dobroski, seorang ahli komunitas di situs karier Glassdoor. Ia mengatakan bahwa sebagian besar pekerjaan memerlukan seseorang yang memiliki gelar (telah menempuh minimal 4 tahun pendidikan). Dobroski mengatakan dirinya belum melihat adanya bukti konklusif bahwa orang putus sekolah memiliki keunggulan kompetitif.
Beberapa pengusaha menyarankan untuk menempuh pendidikan minimal diploma. Pebisnis mengatakan bahwa gelar sarjana bukan hanya simbolis, tetapi bisa menjadikan hari-hari mereka di awal perjalanan menjadi lebih mudah.
Amy Freeman, salah satu pendiri dan CEO dari The Spice and Tea Exchange mengatakan bahwa hal tersebut merupakan jalan yang sulit. Demi menciptakan waralaba dan mengamankan pembiayaan untuk perusahaannya, ia harus belajar sendiri tentang akuntansi, pemasaran dan memulai bisnis, dan terkadang melalui pengalaman yang menyakitkan.
Jika ia menerima pendidikan formal dalam bisnis, mungkin ia akan lebih mudah untuk mengetahui bagaimana membangun struktur, karena telah mempunyai bekal/sumber daya yang cukup.
Mark Zuckerberg keluar dari Harvard untuk memilih mengembangkan Facebook. Tahun ini ia kembali memberikan pidato awal kepada lulusan Harvard. Ia mengatakan bahwa budaya pengusaha akan mudah tumbuh dengan subur apabila berani mencoba banyak gagasan terbaru. Keberhasilan terbesar berasal dari keberanian untuk gagal, begitu yang CEO Facebook katakan di pidatonya.
Di dalam pidatonya, Zuckerberg mengatakan bahwa memiliki tujuan saja belum cukup. Tantangan untuk generasi kini adalah menciptakan dunia di mana setiap orang merasa memiliki tujuan.
Tujuan adalah perasaan bahwa kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri Anda sendiri, bahwa yang Anda butuhkan, agar memiliki sesuatu yang lebih baik di depan untuk bekerja. Tujuan inilah yang nantinya akan menciptakan kebahagiaan sejati.
Bagi lulusan dari perguruan tinggi, lulus merupakan sesuatu yang sangat penting. Pada saat Anda lulus, tujuan selanjutnya adalah mencari pekerjaan. Untuk menciptakan masyarakat tetap maju, Anda memiliki tantangan bagi para generasi, yaitu tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, tetapi juga membangkitkan ‘sense of purpose’ bagi setiap orang.
Hal tersebut dikarenakan menemukan tujuan untuk diri sendiri belumlah cukup. Anda harus menciptakan rasa memiliki tujuan tersebut kepada orang lain.
Zuckerberg mengatakan bahwa ia berharap, awalnya tidak ingin membangun sebuah perusahaan, tetapi ia ingin memberi dampak. Dikarenakan semua orang mulai bergabung dengan Facebook, ia berasumsi bahwa hal tersebut juga merupakan sesuatu yang harus dipedulikan.
Beberapa tahun kemudian, ada beberapa perusahaan besar ingin membeli Facebook. Tetapi, Zuckerberg tidak berminat untuk menjualnya. Ia ingin melihat apakah ia dan orang-orang di dalamnya bisa menghubungkan lebih banyak orang.
Pendiri Facebook tersebut mengatakan bahwa ia sempat mengalami saat-saat berat dalam memimpin perusahaan tersebut, tetapi ia kemudian berusaha mencari solusi, dan menyadari bahwa tujuan yang ia miliki menjadi lebih baik apabila dikerjakan bersama-sama dengan timnya.