Banyak dari kita pasti pernah bersikap apatis terhadap sesama atau lingkungan sekitar. Biasanya, sikap ini muncul karena ketidakpedulian kita terhadap hal-hal lain di luar diri kita sendiri. Namun tahukah Anda, apa arti apatis sebenarnya?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, apatis bisa diartikan sebagai suatu sikap acuh-tidak acuh, atau tidak peduli, atau masa bodoh. Apatis sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu aphates, yang secara harfiah berarti tanpa perasaan. Kata ini kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Inggris menjadi apathy.
Istilah apatheia pertama kali digunakan filsuf Aristoteles untuk menggambarkan suasana ketenangan atau pingsan. Kemudian, istilah ini dimasukkan ke sekolah filsafat yang didirikan oleh Zeno, yang disebut Stoicisme, untuk mengekspresikan suasana hati yang ideal dicapai manusia selama hidupnya. Cita-cita Stoicisme adalah mencapai apatheia, yaitu penerimaan dari peristiwa alam, sikap pasif terhadap rasa sakit dan kesenangan, penghapusan reaksi emosional, dan kurangnya gairah apa pun.
Sementara dalam ilmu kedokteran, menurut Littre dan Robin, apatis bisa diartikan sebagai individu yang memiliki ketumpulan moral. Seseorang disebut berperilaku seolah tidak sensitif terhadap rasa sakit dan kesenangan serta pengalaman sejenis malas bergerak.
Menurut Luis Rey, apatis merupakan kata yang mengacu pada istilah kejiwaan dengan definisi seorang individu yang ditandai dengan ketidaktertarikan, ketidakpedulian, atau ketidakpekaan terhadap peristiwa, kurangnya minat, atau keinginan. Tampak jelas bahwa apatis dalam kosakata medis juga berasal dari konsep kata estoicista filosofis.
Adapun dari sisi psikologis, apatis bisa disebut sebagai keadaan ketidakpedulian ketika seorang individu tidak menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial, atau fisik. Apatis depresi klinis dianggap tingkat yang lebih moderat dan didiagnosis sebagai gangguan identitas disosiatif dalam tingkat ekstrem. Aspek fisik apatis dikaitkan dengan kelelahan fisik, kelemahan otot, dan kekurangan energi yang disebut letargi.
Ada beberapa penyebab apatis muncul dalam diri masing-masing individu, di antaranya matinya nilai-nilai di masyarakat, matinya rasa kepedulian, hilangnya respek atau nurani, serta pandangan tentang keadilan yang membutakan masyarakat akan hukum. Tindakan apatis ini sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat, kehidupan berpolitik, dan juga kehidupan bernegara.