Hikayat, mungkin istilah ini sudah tidak begitu asing bagi sebagian besar dari Anda. Hikayat sudah sering diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, terutama pada tingkat SMP dan SMA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hikayat dapat diartikan sebagai karya sastra lama Melayu yang berbentuk prosa dan berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan.
Secara sederhana, hikayat dapat juga disamakan dengan dongeng. Umumnya, hikayat ini mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang, lengkap dengan keanehan atau kesaktian tokoh utama yang bersangkutan. Biasanya, cerita-cerita seperti ini dibaca untuk tujuan pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.
Secara umum, ada beberapa ciri yang bisa menggambarkan cerita tersebut disebut dengan hikayat, yaitu:
- Adanya tokoh pusat atau utama yang dikelilingi tokoh sampingan atau tambahan yang semuanya mewakili sejumlah kelompok tertentu.
- Keunggulan dan kebaikan tokoh utama selalu menonjol dalam segala suasana.
- Perlawanan antara dua pihak secara terus-menerus. Pihak yang baik yang hendak memantapkan keserasian hukum alam terancam oleh pihak yang jahat. Kemudian, perlawanan kedua pihak ini menyebabkan peperangan yang tiada henti.
- Anonim, atau pengarangnya tidak dikenal.
- Menggunakan bahasa yang klise dan cenderung diulang-ulang.
- Dalam sastra Indonesia, hikayat bisa dicirikan sebagai sastra lama, diceritakan dengan bahasa Melayu, sebagian besar menceritakan kehidupan istana (istana-sentris), banyak unsur rekaan, dan berupa prosa yang panjang.
Layaknya prosa pada umumnya, hikayat juga dibangun dari beberapa unsur intrinsik, seperti tema, tokoh dan penokohan, latar atau setting, dan sudut pandang atau point of view. Tema pada hikayat kecenderungan menyangkut masalah agama, kepercayaan, adat istiadat, pandangan hidup, pendidikan sosial, dan penderitaan. Sementara, dalam hal tokoh dan penokohan, biasanya terdapat tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis).
Adapun untuk latar atau setting, latar tempat umumnya berada di lingkup kerajaan atau masyarakat sosial tertentu. Sementara, untuk sudut pandang, biasanya pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan menyebutkan nama tokoh yang bersangkutan.
Di Tanah Air, ada banyak hikayat yang sudah ditulis oleh banyak pengarang. Untuk hikayat Melayu asli, kita tentu mengenal Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indera Bangsawan, atau Hikayat Malim Demam. Sementara, hikayat yang sudah terpengaruh budaya Jawa misalnya Hikayat Panji Semirang, Hikayat Cekel Weneng Pati, dan Hikayat Indera Jaya dari cerita Anglingdarma.