
Tim Hunt (72) adalah seorang professor ahli biokimia di University College London sekaligus peraih Nobel dalam bidang Fisiologi Kedokteran pada tahun 2001. Hunt sempat menggegerkan publik London karena melontarkan pernyataan yang dirasa memojokkan kaum wanita. Konsekuensinya, Hunt akhirnya harus mengundurkan diri dari gelar yang disandangnya sebagai profesor kehormatan di University College London.
Hunt pernah memberikan pernyataan yang kurang lebih mengisyaratkan agar ilmuwan wanita harus dipisahkan dari rekan kerja pria karena faktor emosional. Hunt merincikan bahwa permasalahan itu datang dari sikap wanita yang cenderung akan menangis jika dikritik, belum lagi dengan romansa yang terjadi antar rekan kerja di laboraturium.
“Mari saya ceritakan tentang masalah saya dengan para wanita,” kata Hunt pada penonton dalam acara Konferensi World Conference of Science Journalists yang dihelat di Korea Selatan (8/6/2015). “3 hal yang terjadi ketika mereka (wanita) berada di laboraturium adalah : Anda (Pria) jatuh cinta dengan mereka (wanita), mereka (wanita) jatuh cinta dengan Anda (Pria), dan ketika Anda mengkritik mereka hingga mereka menangis.”

Dalam beberapa saat, pernyataan Hunt hanya mengundang reaksi diam dari para penonton yang hadir dalam acara tersebut. Namun dibelakang itu, reaksi global via social media justru bermunculan dengan menampakkan kemarahan. Adalah akun Twitter bernama Connie St Louis, yang mulai memancing rekasi tersebut. Pimpinan Science Journalism Program di City University London ini menuliskan komentarnya, “Benarkah, apa peraih nobel ini berpikir kita masih hidup di zaman Victoria?”
Komentar Connie St. Louis ini mengundang beberapa komentar bernada satir lainnya, diantaranya dari Prof. Sophie Scott yang berasal dari University College London, yang menuliskan di akun Twitternya, “Saya di kantor, tapi tidak bisa melakukan pekerjaan karena saya melihat sebuah foto Tim Hunt dan sekarang saya jatuh cinta, sialan. ” ungkapnya. Kate Devlin (dosen di Goldsmiths, University of London) juga melontarkan kalimat serupa via Twitter, “Departemen yang terhormat : harap dicatat saya tidak akan dapat kursi pertemuan 10 pagi ini karena saya pingsan terlalu sibuk dan menangis”. Seorang ahli fisika teoritis di Chicago, Robert McNees, bahkan mengomentari pernyataan Hunt dengan cukup pedas, ” Pemberian Nobel tahun 2015 ini tidak bisa dipahami, Orang brengsek paling seksi adalah Tim Hunt. Mungkin ini bukan yang terakhir untuknya”. Twitter bahkan sempat populer dengan hashtag #distractinglysexy akibat ulah Tim Hunt.
ICYMI: Why female scientists are posting photos of themselves using #DistractinglySexy http://t.co/o036aAkDZ0 pic.twitter.com/OTvEDSvKy3
— BBC Trending (@BBCtrending) June 13, 2015
Komentar Hunt ini sebenarnya mencerminkan perdebatan besar tentang tantangan yang dihadapi wanita di lingkup ilmu pengetahuan. Sebuah artikel di surat kabar The Independent di Inggris mencatat, “Dengan adanya tikus laboratorium seperti dia (Hunt), apakah mengherankan jika wanita lebih sulit menjamah lahan sains?”
Sebuah studi yang diterbitkan oleh Yale pada tahun 2012 menunjukkan bahwa profesor sains pada kebanyakan Universitas di Amerika menganggap mahasiswi kurang kompeten jika dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki dengan taraf keterampilan dan prestasi yang sama. Data lainnya menunjukkan adanya korelasi dari kurangnya keinginan Profesor tersebut untuk mementoring para mahasiswi, atau sekedar untuk menawarkan pekerjaan pada mereka. Dari 2 pelamar imajiner pria dan wanita yang diumpankan dengan prestasi dan kualifikasi yang sama, para profesor tersebut lebih cenderung untuk memilih pria. Kalaupun wanita yang terpilih, maka Ia akan ditawari gaji rata-rata USD 4.000 lebih rendah ketimbang yang ditawarkan pada rekan prianya. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa hal ini mungkin bukanlah bentuk diskriminasi yang disengaja, namun bisa jadi merupakan hasil dari pengaruh budaya yang telah tertananm di alam bawah sadar.
Tim Hunt bukanlah tokoh elit sains pertama yang dikecam terkait kesetaraan gender. Lawrence H. Summers, bahkan harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden dari Harvard University pada tahun 2006 karena pidatonya yang menyebutkan bahwa bakat intrinsik di bidang ilmu pengetahuan dan matematika relatif lebih langka pada wanita.