Pelaku Terorisme dan Rasis: Bukan Cerminan Suatu Agama

Qasim Rashid - www.qasimrashid.com
Qasim Rashid - www.qasimrashid.com

Berdasarkan analisis FBI membuktikan bahwa serangan teroris antara tahun 1980 dan 2005 dan 2005, dilakukan oleh non-Muslim. Hal ini juga tampak pada peningkatan jumlah kelompok Anti Muslim antara tahun 2015 dan 2016 di Amerika yang menyebutkan bahwa Muslim sama dengan teroris.

Qasim Rashid - www.qasimrashid.com
Qasim Rashid – www.qasimrashid.com

Adanya fenomena tersebut, membuat penulis dan pengacara, Qasim Rashid memberikan pernyataan. Ketika ia ditantang oleh seseorang di Twitter untuk menunjukkan bukti bahwa sebagian besar serangan teroris dilakukan oleh umat Kristen. Qasim memberikan rentetan kejadian teroris pada Twitternya.

Peristiwa Joseph Kony, milisi Kristen di Republik Afrika Tengah, supremasi kulit putih dan kelompok agama di Amerika, teroris anti-aborsi Robert Dear, pelaku bom olimpiade 1996 Eric Rudolph dan rentetan peristiwa lain masuk menjadi daftar aksi teror menurutnya.

Rashid berpendapat,  agama bukan merupakan refleksi perbuatan tersebut. Ia mengatakan bahwa, seseorang yang diidentifikasi beragama Kristen, tidak lantas merefleksikan keseluruhan agama mereka, seperti halnya teroris Muslim bukan berarti merefleksikan seluruh umat Muslim atau agama Islam itu sendiri.

Hal itu bisa menjadi pelajaran bagi setiap orang bahwa aksi seseorang bukan berarti menunjukkan sikap atau sifat dari suatu kelompok. Tidak bisa juga menyalahkan ras, agama atau hal lainnya.

Terorisme - www.sinarharapan.co
Terorisme – www.sinarharapan.co

Rashid menekankan pendapatnya dengan kalimat bahwa ia mengetahui beberapa aksi tidak merepresentasikan Kristen karena saya belajar agama Kristen dari orang Kristen, bukan anti-Kristen. Ia belajar Islam dari Muslim, bukan dari anti-Muslim.

Baca juga:  Website Ini Bantu Para Pria yang Ingin Poligami

Qasim Rashid merupakan penulis terlaris dan kritis, seorang jaksa, juru bicara nasional untuk Komunitas Muslim Ahmadiyah di Amerika. Ia menjabat sebagai Editor Eksekutif The Richmond Journal of Global Law and Business. Ia menulis dua buku, The Wrong Kind of Muslim and Extremist: A Response to Geert Wilders & Terrorrist Everywhere. Ia telah tampil di media berita lokal dan nasional, termasuk NBC dan NPR.

Dikarenakan sikapnya yang kritis, ia kerap mendapatkan tanggapan kurang nyaman dari pengguna media sosial, khususnya Twitter. Rashid pernah juga mendapatkan pertanyaan dari seorang pengguna medsos itu, dengan pertanyaan kurang lebih seperti ini, “Di mana versi agama Kristen dari ISIS dan versi dari agama lain?”.

Kemudian, Rashid membalas twitter tersebut. Ia menyebutkan berbagai macam peristiwa kejam yang melibatkan orang Kristen. Diantaranya, 400 tahun kejadian Trans Atlantic Slave Trade yang membuat cacat, memperkosa, membunuh, menculik, memperbudak orang Afrika, yang ternyata dilakukan oleh orang Kristen. Dan masih banyak daftar peristiwa lain.

Hal ini dilakukan Rashid, supaya orang-orang yang sering menyerang isu tertentu, seperti agama. Ia mengajarkan orang-orang mengenai isu rasis yang sering sekali disinggung. Rashid meluangkan waktu untuk mendidik para ilmuwan rasis melalui media sosial, dan telah menerima lebih dari 5.600 re-tweet.

Isu rasis sudah tidak asing di kehidupan masyarakat. Seperti tentang sejarah penindasan kaum imigran kulit hitam dan putih di Amerika. Hal ini dikenal dengan sebutan Apartheid, sistem yang baru dihapuskan pemerintahan Afrika Selatan di tahun 1990.

Baca juga:  Gletser Seluas Manhattan Mencair, Perubahan Iklim Makin Mengkhawatirkan

Tindakan rasis merupakan tindakan yang merugikan. Hal ini dialami oleh pemilik restoran di Australia. Karena ia sering memberikan cuitan di Twitter mengenai isu rasis yang sedang berkembang, restoran miliknya kini sepi pengunjung, bahkan terancam gulung tikar. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh tindakan seseorang yang tidak didasari dengan niat yang baik, maka hanya akan membawa kerugian terhadap dirinya sendiri.

Kejadian yang menyangkut rasis mengenai Muslim dan non-Muslim ada yang menjadi viral, yaitu ketika ada sebuah foto yang diunggah di website berita internasional. Di website tersebut, menampilkan sebuah foto yang memperlihatkan seorang perempuan Muslim tengah tersenyum pada pengunjuk rasa dari kelompok ultra kanan Liga Pertahanan Inggris (EDL) di Birmingham setelah ia maju membela rekan sesama orang Birmingham.

Perempuan warga Kota Birmingham itu mengatakan, dirinya turun tangan saat melihat perempuan lain dikelilingi oleh sekitar 25 pria. Para pengunjuk rasa dari Liga Pertahanan Inggris (EDL) mengatakan bahwa ia mengganggu upacara hening cipta selama satu menit bagi para korban serangan teror.

Saffiyah Khan, wanita itu mengaku bukan bagian dari aksi tandingan terorganisir. Ia mengatakan bahwa awalnya ia senang berada di tengah-tengah unjuk rasa, namun ia tinggal diam dan mencoba maju saat ada perempuan lain meneriakkan kata ‘Islamophobia’ kepada salah satu anggota EDL yang berkumpul di Centenary Square. Saffiyah maju, mendekati perempuan tersebut, dan memperkenalkan diri sebagai pendukung perempuan itu dan menentang pria-pria di sekelilingnya.

Baca juga:  Hal Unik di Jepang, Mulai Eskalator Terpendek di Dunia hingga Pink Theater

Saffiyah Khan, lahir di Inggris dan merupakan keturunan Pakistan dan Bosnia. Ia menceritakan bahwa ada seorang pria melepaskan telunjuk di wajahnya. Dan ia memilih untuk tidak menanggapinya dengan kekerasan.

Reaksinya yang tersenyum saat orang-orang di sekelilingnya menuduhnya sebagai bagian dari kelompok yang mengganggu acara hening cipta satu menit mengenang para korban serangan teror di Stockholm, menjadi perhatian. Sejumlah orang yang membagikan foto Khan, menyebutnya sebagai foto pekan ini, termasuk anggota parlemen Birmingham dari Partai Buruh, Jess Philips.

Hal ini mengingatkan kepada pernyataan sebagian besar orang yang mengatakan bahwa Muslim adalah teroris. Tetapi, pernyataan tersebut seakan diluruskan oleh Qasim Rashid yang mengajarkan kepada orang-orang yang sering menyebut rasis bahwa agama bukan merupakan penentu yang menjadikan seseorang dijadikan teroris.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa seseorang yang diidentifikasi beragama Kristen, tidak lantas merefleksikan keseluruhan agama mereka, seperti halnya teroris Muslim bukan berarti merefleksikan seluruh umat Muslim atau agama Islam itu sendiri.